ILMU KERAMIK
A. Asal Mula Keramik
Keramik
adalah nama umum untuk tembikar, cina (china)
dan porselin. Pengetahuan tentang keramik merupakan ilmu bantu sejarah dan
kesenian yang penting. Hasil kajian tentang benda-benda ini merupakan bahan
penting untuk penyusunan sejarah baik pada periode pra sejarah dan sejarah.
Dari kajian tentang keramik akan diketahui perkiraan waktu, pemilik atau
pendukung kebudayaan keramik, lalu lintas perdagangan dan interaksi antar
daerah dan bangsa (Helius Sjamsuddin 2007:251).
Tembikar
biasanya berupa alat-alat dapur yang terbuat dari tanah liat yang dibakar, dapat
berupa periuk, belangga, kendi, gentong, piring, dll. Tembikar telah ditemukan sejak
masa mesolitikum (zaman batu madya), walaupun dalam bentu pecahan-pecahan.
Pecahan-pecahan tersebut ditemukan di sampah dapur (kjokkenmoddinger) yang
ditemukan di pantai timur Sumatra. Sisa-sisa tembikar tersebut kemudian
direkonstruksi dan diteliti sebagai sumber sejarah.
Pada masa
neolitikum (zaman batu baru), tembikar yang ditemukan telah dihias dan
diperhalus. Dari sini dapat diketahui bahwa telah terjadi peningkatan dan
perkembangan dalam hal estetika atau kesenian pada masa neolithikum.
Lain halnya
dengan gerabah yang ditemukan di kuburan di Melolo (Sumba), mempunyai sifat
yang lain lagi. Di dalam buyung
(periuk-belanga) yang ditemukan terdapat banyak tulang-belulang dan tengkorak
manusia. Selain itu terdapat benda kubur semacam guci atau kendi berukuran
kecil, dimana leher dan kepala kendi berbentuk kepala manusia, terkadang
dihiasi gambar wajah-wajah. Pada badan kendi dihiasi dengan garis-garis yang
silang-menyilang atau segi tiga, yang digores ketika tanah liat masih basah
sebelum dibakar. Guci semacam kendi tersebut ada kalanya berisi kulit kerang
atau semcam perlambangan untuk makanan dan minuman sebagai bekal arwah nenek
moyang.
Tradisi
penguburan jenazah dengan tempayan, ditemukan tersebar di berbagai tempat di
Indonesia, seperti di Anyer (Jawa Barat), Sa’bang (Sulawesi Selatan), Roti
(Nusa Tenggara Timur) dan Gilimanuk, Bali
B. Keramik Cina
Perkembangan
keramik selanjutnya di Indonesia sangat dipengaruhi oleh Cina. Keramik yang
ditemukan di Indonesia umumnya berasal dari daratan Cina. Temuan keramik Cina
ini sangat penting untuk mengetahui hubungan antara Indonesia, Cina dan
negara-negara lain di Asia, Afrika dan Eropa.
Bentuk, warna,
jenis, ragam hias, dan teknik pembuatan keramik tersebut erat hubungannya
dengan pembabakan dinasti di Cina. Dengan mengetahui jenis keramik yang
ditemukan di Indonesia, dapat diperkirakan pada periode mana saja Cina dan
Indonesia saling berhubungan atau berinteraksi.
Zaman-zaman
sejarah Cina yang berkaitan dengan temuan-temuan keramik di Indonesia antara lain
sebagai berikut:
1.
Dinasti Han (206 SM – 220 M)
Keramik dari
Dinasti Han ini berupa periuk, sendok, piring, lampu pelita, pembakar haruman
dan bejana anggur. Ditemukan di daerah Kalimantan Barat, Banten, Bengkulu,
Jambi, Sumatra Timur, Gunung Muria, Bali, Sulawesi Selatan.
Dari temuan
tersebut, para ahli memperkirakan bahwa telah terjadi hubungan antara Cina dan
Indonesia sejak abad ke-3 SM dan abad ke-3 M. Jika benar demikian, maka
hubungan Indonesia dengan Cina lebih tua dibandingkan dengan hubungan Indonesia
dengan India yang ditunjukkan oleh prasasti di Kutai dari abad ke-4.
2.
Dinasti Pasca Han (25 M – 220 M)
Keramik Dinasti
Pasca Han banyak tersebar di Sumatra Selatan, Bengkulu, Lampung, pantai Jawa
Tengah dan Bali. Keramik Dinasti Pasca Han ini berasal dari Cina bagian Timur
dan Timur Laut.
3.
Dinasti Tang (627 M – 907 M)
Keramik dari
Dinasti Tang banyak ditemukan di Sumatra, Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali dan
Lombok. Keramik zaman Tang sangat indah karena telah ada pengaruh dengan budaya
di luar Cina seperti Persia, India, Yunani (Hellenisme) dan Byzantiyum. Warna
yang digunakan membuat keramik bermacam-macam. Bahan-bahannya terbuat dari tanah
liat dan batu-batu berwarna, dan menggunakan pengilat Glazuur dari berbagai
warna.
Pada Dinasti
Tang, yang berkuasa dari abad ke-7 sampai abad ke-10 ini, kekuasaannya meluas
tidak hanya di bidang politik, tetapi juga di bidang kebudayaannya. Pada zaman
ini, kesenian Cina mencapai taraf yang tinggi.
4.
Dinasti Pasca Tang (906 M – 960 M)
Pada masa ini
tidak ditemukan peninggalan keramik di Indonesia. Hal ini dikarenakan Pasca
Tang diikuti dengan zaman kekacauan di Cina dan kondisi internal kekaisaran
Cina yang sedang guncang. Sesudah masa ini berakhir, barulah keramik-keramik dari
daratan Cina kembali masuk ke Indonesia.
5.
Dinasti Sung (960 M – 1279 M)
Keramik pada
masa Dinasti Sung terdapat beberapa macam, antara lain Tsze Tsyow, Honan,
Tsyun-yao dan Lung –tsyuan. Nama-nama tersebut diambil dari nama daerah tempat
asal mula keramik tersebut. Keramik Tsze Tsyow sebenarnya sudah dikenal sejak
abad ke-6, namun baru mengalami puncak perkembangan pada Dinasti Sung. Bahan
dasarnya adalah tanah liat yang sewarna kulit manggis yang bagian atasnya
diberi glazuur (pengilat) dan ukiran. Tsze Tsyow ditemukan di Kediri, bekas
Majapahit, Malang, Sulawesi, dan Maluku Utara.
Keramik Honan mempunyai
ciri berwarna merah, hitam dan diberi pengilat warna merah. Sedangkan keramik
Tsyun-yao berwarna kurk bercak-bercak. Kedua jenis keramik ini jarang ditemui
di Indonesia. Daerah yang dijumpai terdapat keramik ini hany di Sumatera
Selatan, sebelah selatan Gunung Murua, dan Bali.
Untuk keramik
Lung-tsyuan yang dalam bahasa Perancis disebut Celadon, bisa ditemukan hampir di seluruh kepulauan Indonesia.
Bentuknya besar dan kuat. Glazuurnya tebal dan umumnya berwarna biru. Keramik
ini banyak ditemukan di Indonesia, India, Arab, Afrika Timur, Madagaskar,
Mesir, Maroko dan Eropa.
6.
Dinasti Yuan (1280 M – 1368 M)
Dinasti ini
berasal dari bangsa Mongol yang menguasai Cina, tidak banyak menghasilkan
keramik dan kurang memperhatikan keberadaan keramik. Mereka hanya meneruskan
dan melindungi pabrik-pembakaran yang sudah ada sejak Dinasti Sung, misalnya
King-te-tsyen di daerah Kiangsi. Keramik Dinasti Yuan ditemukan di daerah hulu
Palembang, Kalimantan Selatan, Malang, pusat Majapahit, dan Bali.
7.
Dinasti Ming (1368 M – 1643 M)
Hancurnya
Dinasti Yuan diganti Ming yang sangat memperhatikan industri keramik, hasil
kesenian keramiknya sangat mengagumkan. Daerah produksi keramik yang terkenal
adalah Kiangsi, Cina Tengah. Keramik ini banyak tersebar di beberapa wilayah di
Indonesia.
Jenis keramik
yang terkenal di Indonesia antara lain adalah Keramik Fukien putih-biru, yang
berasal dari Fukien, Cina Tenggara. Hiasannya berupa bunga lotus atau teratai
dan terkadang beserta kolamnya, hal ini menunjukkan adanya pengaruh agama Budha
dari India.
Kemudian ada keramik
Persia yang berbentuk cerek atau botol, mendapat pengaruh dari Persia. Penemuan
di Indonesia adalah di daerah Maluku. Selanjutnya adalah keramik putih merata
atau Kiang-nan-ting, berasal dari Cina Timur dan Tenggara. Warna putihnya
tersebut menunjukkan bahwa keramik itu digunakan dalam upacara kematian.
Keramik putih
Cina adalah keramik yang berwarna putih atau gading yang berasal dari Fukien.
Keramik ini ditemukan di Sumatera, Jawa Timur, Sulawesi, dan Maluku. Lalu ada
pula keramik Cina Muslim yang dikenal melalui huruf arabnya yang diantaranya
bertuliskan surat Al-Ikhlas. Hal ini menunjukkan bahwa Islam tersebar di Cina
sejak abad ke-10 di Kwang-tung, Cina Selatan.
Helius
Sjamsuddin (2007:257) menyebutkan bahwa keramik Ming mempunyai beberapa ciri,
1.
Tanda periode yang dinyatakan dengan empat sampai enam
huruf Cina yang menyebutkan nama kaisar sehingga dapat diketahui masa keramik
itu karena semua kaisar itu telah dicatat nama dan masa pemerintahannya.
2.
Penanggalan keramik itu dihasilkan oleh pabrik, di
Indonesia belum pernah ditemukan keramik semacam ini.
3.
Sifat atau tujuan penggunaan keramik itu.
4.
Tanda bahagia bagi pemilik atau pemakai keramik.
5.
Tanda pabrik pembuat.
C.
Jenis-Jenis
Keramik
1.
Gerabah
Terracotta
(Itali:tanah liat bakar), Earthenware
(Inggris), Aardewerk (Belanda).
Gerabah terbuat dari tanah liat yang plastis dan mudah
dibentuk dengan tangan, dilapisi glasir, semen, cat atau bahan pelapis lainnya.
Gerabah termasuk golongan keramik yang berkualitas rendah. Ada beberapa jenis
gerabah, pertama gerabah lunak, disebut demikian karena dibakar dibawah 1000º
C. Keramik jenis ini struktur dan teksturnya rapuh, kasar dan terdapat
pori-pori. Kedua gerabah keras yang dibakar pada suhu 1000°C. Contoh gerabah
misalnya: bata, genteng, paso,
periuk, anglo, celengan, pot, kendi, gentong, dll.
Ada pula gerabah halus, dinamakan demikian karena
pembuatannya halus dan tampak indah atau hiasannya menonjol. Sedangkan gerabah
kasar tidak memiliki hiasan atau hanya polos saja, misalnya bata. Terakhir
adalah gerabah padat, yang dibakar dengan suhu mencapai 1200°C.
2.
Keramik Batu
Stoneware
(Inggris), steengoet (Belanda).
Terbuat dari campuran tanah plastis dengan tanah refractory (tahan suhu tinggi) sehingga
pembakarannya pun meningkat dari suhu pijar 1200ºC hingga 1300ºC. Seperti nama
yang disandangnya, sebagai keramik batu, benda jenis golongan ini mempunyai
struktur dan tekstur yang kokoh, kuat, padat dan berat seperti
batu. Keramik batu ini termasuk golongan keramik kualitas madya atau menengah.
Jenis keramik ini sering disebut pula sebagai gerabah padat yang dipijar sampai
suhu 1200ºC.
3.
Porselin atau poslen
Porcelain (Inggris).
Termasuk jenis keramik bakaran tinggi suhu pijar 1350º
C atau 1400º C bahkan ada yang lebih tinggi lagi hingga 1500ºC. Bahan yang
dipergunakan adalah lempung murni berwarna putih / terang yang bersifat refractory seperti kaolin (China:Kaoling), alumina dan silika. Badan porselin setelah dibakar berwarna putih dan bahkan
bisa tembus cahaya dan seringkali disebut sebagai keramik putih.
Pengembara Venesia, Marco Polo, menciptakan nama
porselin ketika pertama kalinya melihat bahan ajaib itu di Asia, yaitu
dalam perjalanannya ke Istana Kublai Khan. Ia menamakannya porcellana atau kulit kerang karena permukaannya seperti gelas dan
keras.
Porselin yang tampaknya tipis dan rapuh, sebenarnya
mempunyai kekuatan, dimana struktur dan teksturnya padat dan rapat serta keras
seperti gelas, karena dipijar suhu tinggi dan terjadi vitrifikasi (penggelasan).
Secara teknis, keramik ini mempunyai kualitas yang tinggi dan bagus, disamping
mempunyai daya tarik khusus dalam hal keindahan dan kelembutan khas porselin.
Juga bahan porselin yang putih tersebut sangat peka dan cemerlang terhadap
warna glasir serta semakin tinggi suhu pijarnya semakin nyaring bunyinya bila
badan keramik di pukul atau terbentur benda logam.
4.
Keramik Baru atau New
Ceramic,
Merupakan jenis keramik yang bersifat teknis, diproses
untuk keperluan teknologi (canggih) seperti peralatan mobil (busi),
perlengkapan listrik (sekering, kompor), bahan konstruksi, piranti komputer,
dapur tinggi, cerobong pesawat, kristal-optik, keramik-metal (cermet), keramik-multilapis, keramik-
multifungsi, komposit-keramik, silikon,
bio-keramik, keramik- magnetik, gigi porselin, dll. Bentuk dan material keramik
disesuaikan dengan keperluan yang bersifat teknis, seperti tahan
benturan, tahan gesek, tahan panas, tahan dingin, isolator, pelapis,
piranti lunak atau komponen teknis lainnya.
Jenis
keramik dari segi strukturnya, keramik dapat dibedakan menjadi tiga macam:
1.
Keramik berat, adalah jenis keramik yang memiliki
struktur dan tekstur yang kasar serta berbobot (relatif berat). Keramik yang
rapuh dan berpori-pori termasuk juga dalam kelompok ini. Produk keramik berat
ini contohnya adalah mortar, bata, hong, semen, gibs, benda tahan api (bata
api), abrasive, insulator dan lain sebagainya.
2.
Keramik halus, adalah produk keramik yang mempunyai
kesan halus dan lembut, berbobot ringan, strukturnya kokoh dan kuat, benda
kedap air, juga benda yang memiliki nilai keindahan dan seni. Contohnya seperti
porselin, saniter, kaca, glasir, ubin atau tegel keramik, peralatan makan dan
minum (tableware), vitrous teknik, keramik-metal, sircon, patung, guci, vas bunga, kap
lampu, pewadahan IC pada komputer dan elektronik, kristal dan lainnya.
3.
Keramik galian, meliputi bahan-bahan mentah dan galian
seperti kaolin, feldspar, silika,
sircon, gibs, kapur, bauxite, ballclay, batu bara, marmer, pumice, magnesit,
lempung, silimanit, andalusit, titan, timbel, nikel, mangan, alumunium dan lain
sebagainya.
Daftar Pustaka
Gazalba, Sidi. 1981. Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu. Jakarta:
Bharata Karya Aksara
Hamid, Abd Rahman dan Muhammad Saleh
Madjid. 2011. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta:
Ombak
Gottschalk, Louis. 1986. Mengerti
Sejarah (Diterjemahan oleh Nugroho Notosusanto). Jakarta : UI Press
Rustam E. Tamburaka. 1999. Pengantar
Ilmu Sejarah, Teori Filsafat Sejarah, Sejarah Filsafat dan Iptek
Sjamsuddin, Helius. 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak
saya [unya keramik dari ming tp pembeli nya siapa dan dimana..kalau da yg minat hub 0812 1905 5500
BalasHapusLokasi dmana
Hapuskalau ada peminat yg atau pembeli barang2 dari dinasti ming hub saya 0812 1905 5500
BalasHapusbagaimana jika keramik yg bercorak kepiting hijau dan bunga dengan warna kuning.hijau dan biru apa ini bisa tahu pembuat dan penanggalan nya
BalasHapusBagamana klu guci kecil corak bunga warna biru putih?
BalasHapus