Jumat, 20 Juni 2014

Sejarah Australia

MOTIF INGGRIS MEMBENTUK KOLONI DI AUSTRALIA


Pada tanggal 23 Agustus 1770, James Cook, seorang perwira angkatan laut yang memiliki kecakapan mengagumkan dalam hal membuat peta, berhasil mendarat di pantai timur Australia. Pelayaran James Cook ini disertai dengan salah seorang ahli botani yang bernama Joseph Banks dan seorang lagi yang berdarah Corsica bernama James Maria Matra. Kedua orang ini nantinya akan berperan penting dalam pengusulan pembukaan koloni di wilayah Australia tersebut. Di daerah yang kemudian diberi nama New South Wales (NSW) ini, James Cook menancapkan bendera Inggris sebagai tanda klaim kepemilikan Inggris atas New South Wales. Keberanian Cook meng-klaim New South Wales sebagai milik Inggris didasarkan pada satu pandangan bahwa daerah ini akan memberikan harapan kehidupan yang cerah di kemudian hari.
Penemuan James Cook atas NSW dan laporan yang disampaikan tentang kondisi NSW baik dari James Cook, Joseph Banks, Solander dan James Maria Matra yang datang berikutnya telah mendorong pemerintah Inggris untuk menjadikan NSW sebagai koloni. Keputusan untuk membuka koloni ini diambil oleh kabinet William Pitt pada tahun 1787. Sebagai realisasi dari keputusan ini, pada tanggal 13 Mei 1788 diberangkatkan rombongan kolonis pertama di bawah pimpinan Kapten Arthur Phllip. Rombongan yang biasa disebut first Fleet ini terdiri dari 11 kapal dengan sekitar 1.400 orang, termasuk 769 narapidana (191 perempuan dan 520 laki-laki) tiba di Botany Bay tanggal 26 Januari 1788.
Motif Inggris membentuk koloni di Australia atau New South Wales oleh para ahli dibedakan menjadi dua teori. Teori pertama dikenal dengan sebutan penal setlement theory atau convict setlement theory dan teori kedua dikenal dengan sebutan the naval supplies theory.
Sebagian besar ahli yang berpendapat dalam penal setlement theory atau convict setlement theory, mengatakan bahwa secara tradisional motif utama yang mendorong Pemerintah Inggris membuka koloni di Australia adalah untuk memenuhi kebutuhan akan tempat pembuangan narapidana. Dimana pada akhir abad ke-17, sejarawan menyebutkan bahwa sepertiga penduduk Inggris berstatus menganggur atau setengah menganggur. Kemiskinan dan kejahatan merupakan gejala yang selalu nampak dalam kehidupan masyarakat Inggris, baik di daerah pedesaan maupun di kota-kota.
Keadaan yang demikian ini dilatar belakangi oleh Revolusi Industri di Inggris yang mengakibatkan perubahan besar bagi kehidupan rakyat Inggris. Dengan keadaan kota yang carut marut tersebut, pemerintah Inggris berusaha tetap menegakkan kedisiplinan dan ketertiban masyarakat. Pemerintah banyak menjatuhkan hukuman yang kadang dirasa cukup berat kepada para pelaku kejahatan, walaupun sebenarnya hanya kesalahan ringan yang dilakukan. Hal ini mengakibatkan membludaknya jumlah narapidana di Inggris yang memenuhi rumah-rumah tahanan.
Sebelum terjadinya Revolusi Amerika, para narapidana dari Inggris sebagian besar dibuang atau ditransportasikan ke wilayah Amerika Utara. Akan tetapi ketika mulai timbul pertentangan antara Inggris dengan Amerika, pengiriman para narapidana tersebut dihentikan, akan tetapi di Inggris kebijakan hukum masih tetap keras, hukuman buang atau hukuman biasa masih tetap dilaksanakan. Hal ini mengakibatkan semakin penuhnya rumah-rumah tahanan di Inggris.
Untuk menambah kapasitas penjara pemerintah menampung para narapidana di dalam kapal-kapal yang sudah tidak layak berlayar untuk dijadikan penjara terapung. Keadaan tersebut hanya digunakan sebagai alternatif sementara, dan kemudian membuat pemerintah Inggris berpikir untuk mencari tempat pembuangan narapidana yang jauh dari negeri Inggris.
Sebelumnya, para narapidana yang dijatuhi hukuman buang tersebut ditransportasikan menuju koloni-koloni Inggris di Amerika Utara, terutama Virginia dan Maryland. Namun ketika meletusnya perang antara Inggris dengan rakyat daerah koloninya dalam Revolusi Amerika, transportasi narapidana terpaksa dihentikan. Masalah lain yang muncul akibat Revolusi Amerika adalah banyaknya American Loyalists yang kembali pulang ke Inggris setelah diusir oleh rakyat Amerika yang memenangkan Revolusi Amerika. American loyalists adalah rakyat Inggris di wilayah koloni yang tetap setia kepada Inggris dan menentang adanya Revolusi Amerika. Setelah diusir dari daerahnya, sebagian dari mereka pergi ke Kanada, Nova Scotia, dan Hindia Barat. Tetapi banyak juga yang kembali ke Inggris bersama para pasukan Inggris setelah perang usai. Dalam benak mereka, ada pengharapan bahwa pemerintah Inggris akan memberikan mereka pekerjaan sebagai imbalan kesetiaan mereka, namun pada kenyataannya tidaklah demikian. Mereka hidup dalam kemiskinan, bergerombol di jalan-jalan di kota London dan semakin mempersulit keadaan pemerintahan Inggris.
Usulan untuk membuka koloni di New South Wales ini diajukan oleh beberapa orang setelah melihat carut marutnya keadaan Inggris. Pertama adalah Joseph Banks, pada tahun 1997, sebelum adanya masalah American Loyalist, telah merekomendasikan kepada Komisi Parlemen yang dibentuk untuk memikirkan masalah narapidana, ia mengajukan agar New South Wales dijadikan koloni sebagai tempat pembuangan narapidana. Namun pemerintah masih ragu dengan usulan Banks, bahkan sempat membuka koloni di wilayah Das Voltas Bay, Afrika Baratdaya. Akan tetapi rombongan yang dikirim kesana meninggal setelah menderita berbagai penyakit tropis.
Kedua, rekomendasi dari James Maria Martha pada tahun 1783, seperti yang disampaikan J. Siboro dalam bukunya Sejarah Australia,
Agak berbeda dengan usul Bank, James Maria Martha, seorang berdarah Corsica yang juga ikut dalam pelayaran Cook tahun 1770, pada tahun 1783 melalui sebuah surat menyarankan kepada menteri dalam negeri, Lord Sydney, agar mengurangi penderitaan American Loyalist dengan jalan miengirimkan mereka menghuni New South Wales. Disana terbuka kemungkinan bagi mereka mendapatkan pengganti kekayaan mereka yang hilang di Amerika Serikat. Sekalipun berbeda baik Banks maupun Martha mempunyai nada yang sama menyarankan kepada pemerintah Inggris agar membuka koloni di New South Wales.
Setelah adanya usulan-usulan tersebut, pada akhirnya Kabinet William Pitt pada tahun 1786 memutuskan akan membuka koloni bagi para narapidana di New South Wales. Kemudian, pada 22 Januari 1787 Raja George III menyatakan kepada parlemen Inggris bahwa pemerintah telah menyusun rencana untuk menghapus kesulitan-kesulitan yang dialami pemerintah Inggris dengan dengan membangun koloni Inggris di wilayah lain, yakni New South Wales.
Setelah melihat penjabaran tersebut, semakin jelas terlihat bahwa motif Inggris dibalik pembukaan koloni baru di Australia adalah untuk mencari tempat pembuangan bagi para narapidana yang membludak jumlahnya di Inggris. Hal ini juga didukung oleh fakta bahwa rombongan kolonis pertama yang dikirim ke New South Wales, lebih dari 70% diantara mereka adalah narapidana.
Motif Inggris yang kedua termuat dalam teori yang dikenal dengan sebutan “the naval supplies theory”. Teori ini dikemukakan oleh para sejarawan yang menolak pendapat bahwa motif pembentukan koloni di NSW semata-mata didorong oleh kebutuhan akan tempat pembuangan narapidana. Menurut mereka pembentukan koloni di NSW tidak hanya berkaitan dengan masalah narapidana tetapi erat kaitanya juga dengan kepentingan Inggris untuk menyediakan tempat persinggahan dan pangkalan pemasokan kapal-kapal Inggris yang melintasi Samudra Hindia dan Samudra Pasifik.
Meskipun didukung fakta-fakta yang yang masuk akal, akan tetapi proyek pembukaan koloni di Australia yang sangat mahal dan penting itu tentunya tidak hanya dimaksudkan untuk mengurangi penderitaan para narapidana. Sehingga sebagian sejarawan berpendapat bahwa Australia dibuka sebagai daerah koloni baru sebagai tempat persinggahan kapal-kapal Inggris.
Menurut seorang sejarawan Inggris E.C.K Gonner, pembukaan koloni di NSW merupakan bagian dari “ ... a swing to the East in imperial development in the late eighteen century”. Dengan ungkapan tersebut Gonner mau menjelaskan perubahan strategi ekspansi bangsa Eropa , khususnya Inggris dan Perancis, yang mulai mengalihkan politik ekspansinya ke Timur, khususnya India dan wilayah-wilayah di Asia lainya, setelah sekian lama mengeruk keuntungan di Amerika. Untuk melancarkan strategi ini maka keberadaan tempat persinggahan dan pangkalan pemasok untuk kapal-kapal menjadi sangat penting. Khusus untuk Inggris hal ini penting mengingat sejak 1770-an perdagangan Inggris (EIC) dengan Cina semakin meningkat dan menghasilkan keuntungan yang besar.
Teori ini juga didasarkan pada laporan James Cook dan Joseph Banks kepada pemerintah Inggris yang menyebutkan bahwa NSW, New Zealand dan pulau-pulau sekitarnya dapat menjadi supply base bagi kapal-kapal Inggris. Keberadaan pohon-pohon yang bisa dijadikan tiang kapal, dan rami untuk pembuatan canvas, kain layar dan tali temali kapal sangat menguntungkan untuk pelayaran. Laporan tersebut diperkuat oleh James Maria Matra yang menyebutkan bahwa rami dari New Zealand memiliki kualitas yang jauh lebih baik dari rami yang ada di Eropa.
Selain itu menurut Matra, penguasaan atas Botany Bay akan memperkuat Inggris karena memiliki naval base yang strategis atas perairan Asia dan Amerika. Sementara Admiral Young dalam George Young’s Plan yang dikeluarkan tahun 1785 mengatakan bahwa pendudukan Botany Bay akan memberi kesempatan kepada Inggris untuk memperoleh seluruh komoditas yang dihasilkan oleh seluruh dunia pada waktu itu. Fakta sejarah yang lain yang berkaitan dengan teori ini bisa dilihat dari pernyataan Menteri Dalam Negeri Lord Sydney di depan parlemen pada 18 Agustus 1786,”.....the government viewed New South Wales as an important base and source of supply, as well as a penal colony

Tidak ada komentar:

Posting Komentar