Jumat, 20 Juni 2014

Sejarah Amerika

PERLAWANA BUDAK DI AMERIKA SERIKAT


Terjadinya pemberontakan oleh budak kepada atasannya bukan lagi hal yang aneh dan tidak mungkin. Pemberontakan budak pada hakikatnya tak lepas dari keadaan lingkungan sosial yang sangat menekan kehidupannya yang disebabkan oleh berbagai tindakan dari pemiliknya. Perlakuan yang semena-mena dan siksaan yang sering kali dialami budak merupakan salah satu alasan utama terjadinya perlawanan dari para budak. Perasaan tertekan yang semakin lama semakin menjadi-jadi dan keinginan untuk merdeka, menjadikan para budak berani mengambil tindakan pemberontakan.
Perasaan tidak puas yang dialami oleh semua budak itu karena ascribed stastus, yaitu status yang bibebankan oleh pemaksaan dan pembenahan dalam hirarki sosial yang berlaku dalam lingkungan kulit putih di selatan yang menggangap bahwa budak berstatus sebagai hak milik. Penerapan peraturan yang tercantum dalam The black codes sangat menekan perasaan para budak. Situasi psikologis yang menegangkan diciptakan oleh para tuan dengan memperlakukan budak-budaknya secara kejam dan menakutkan. Akibatnya budak-budak sering mengalami tekanan jiwa akibat perlakuan kejam dari para tuannya.
Pemberontakan budak yang pertama kali terjadi berada di daerah South Carolina pada bulan November 1526. Pemberontakan budak di Amerika Serikat sebenarnya telah terjadi sejak lama, yakni sejak wilayah tersebut dikuasai oleh kolonial Inggris. Salah satu pemberontakan budak yang dianggap penting pada era kolonial Inggris di Amerika Serikat adalah pemberontakan yang terjadi di wilayah Virginia pada bulan September 1663.
Telah terjadi pemberontakan budak sebanyak 115 kali di berbagai negara bagian Amerika Serikat, selama era kolonial Inggris sampai berakhirnya perang saudara di Amerika Serikat (1607-1865). Sebagian besar pemberontakan tersebut terjadi di bagian Selatan Amerika. Hal ini dikarenakan sejak wilayah Utara Amerika melarang adanya perbudakan pada tahun 1804, maka pada tahun itu pula tidak pernah terjadi lagi pemberontakan-pemberontakan budak.
Selama periode 1800-1864, telah terjadi 54 kali pemberontakan budak yang kesemuanya terdapat di wilayah Selatan. Memperhatikan tempat terjadinya pemberontakan budak, daerah Virginia merupakan tempat yang terbanyak terjadinya pemberontakan. Sebanyak 20 kali selama periode 1800-1864, yang lain tersebar di berbagai wilayah lain Amerika Serikat.
Terdapat tiga pemberontakan yang dianggap cukup penting pada periode 1800-1864, yaitu :
(1) pada tahun 1800, di Virginia, dipimpin oleh Gabriel Prosser;
(2) tahun 1822,terjadi pemberontakan budak di South Carolina di bawah pimpinan Denmark Vesey;
(3) tahun 1831, pemberontakan budak terjadi di Virginia di bawah Nat Turner dan juga terdapat di berbagai wilayah.
Terdapat suatu keunikan dalam mempelajari tokoh pemimpin budak dalam menggerakkan suatu pemberontakan. Keunikan itu nampak bahwa pemimpin budak pada umumnya berasal dari budak rumah tangga yang kemudian ia memperoleh kebebasan dan kemerdekaannya tak lagi berstatus budak. Pada budak rumah tangga yang melakukan suatu pemberontakan dapat digagalkan, antara lain, rahasia pemberontakan diketahui oleh para budak rumah tangga yang kemudian segera memberitahukan rencana pemberontakan kepada tuannya. Berikut ini secara garis besar akan dikemukakan peristiwa ketiga pemberontakan budak yang terjadi pada 1800,1822,dan 1831.

1.    Gabriel Posser
Gabriel Posser adalah seorang budak rumah tangga yang bekerja sebagai sains dari seorang pengusaha perkebunan di daerah Virgimia, bernama Thomas Prosser. Ia seorang pengikut kristiani yang amat tekun mempelajari ajaran Injil. Dari sanalah, ia mulai tergugah hatinya ingin membantu perjuangan bangsanya agar bebas dari belengu perbudakan.
Setelah beberapa tahun mengabdi pada tuannya, kemudian ia memperoleh kemerdekaannya sebagai seorang negro bebas. Perjuangan Gabriel Prosser  di dalam menentang perbudakan didasarkan pada konsep-konsep agama dan rasional. Dalam menentang perbudakan ia mengartikulasi konsep injil dengan interpretasi persaudaraan universal.
Dalam melakukan pemberontakan tersebut, terdapat dua orang kulit putih yang ikut mebantu perjuangan budak, mereka berusaha mencari bantuan persenjataan dan bahan peledak untuk melakukan pemberontakan. Gabriel Prosser merencanakan suatu pemberontakan di daerah pedesaan Henrico, di Kota Richond, Virginia, pada1 September,1800. Ia membagi seluruh pengikutnya yang berjumlah 1100 budak dalam tiga kelompok besar. Sebagai langkah pertama, kota harus dikuasai, mereka harus berhasil merebut gudang senjata yang berada di kota Richmond. Apabila kelompok yang di tugasi berhasil merebut gudang senjata, terlebih dahulu menyergap para penjaganya.
Akan tetapi, sebelum Gabriel Prosser mulai merencanakan penyerangan  kota Richmond, rahasia pemberontakan telah bocor karena penghianatan yang dilakukan oleh dua orang budak rumah tangga. Kedua penghianat tersebut melaporkan rencana pemberontakan yang akan dilakukan oleh Gabriel Prosser kepada pemerintah negara bagian Virginia. Maka, dengan segera pemerintah negara bagian Virginia segera menggerakkan tentaranya sebanyak 600 orang untuk mencegah pemberontakan serta melindungi kota Richmond.
Pada akhirnya pemberontakan Gabriel Prosser dengan cepat dapat dihancurkan, dan sebanyak 30 orang pengikutnya telah menjadi korban. Komplotan Gabriel Prosser telah gagal akibat penghianatan yang dilakukan oleh dua orang budak rumah tangga tersebut. Ia sendiri di tawan pada tangggal 25 September 1800, kemudian di kirim ke kota Richmond.
Kemudian Gubernur Virginia berusaha untuk mengkorek informasi seputar rencana pemberontakan yang dilakukan oleh Gabriel Prosser, namun gubernur tersebut gagal memperoleh informasi yang dianggap penting. Ia tidak mau mengaku dengan siapa saja pemberontakan itu dilakukan. Akhirnya, Gabriel Prosser dijatuhi hukuman mati di tiang gantungan pada tanggal 7 Oktober 1800. Setelah pemberontakan Gabriel Prosser dapat digagalkan oleh gubernur James Monroe, segera melaporkan pada pemerintah Thomas Jefferson, bahwa pemberontakan tersebut berhasil dihancurkan.

2.    Denmark Vesey
Pemberontakan yang lain dilakukan oleh Denmark Vesey di negara bagian South Carolina pada 1822. Seperti halnya Gabriel Prosser, Vesey berasal dari budak rumah tangga. Perjuangan Denmark Vesey dalam menentang perbudakan terpengaruh oleh konsep pemikiran Gabriel Prosser, konsep agama dan ide dari revolusi Perancis. Vesey menanamkan pengaruhnya terhadap para anggotanya, bahwa Tuhan telah menciptakan semua umat manusia memiliki hak-hak yang sama. Disamping itu, ia mendapat dukungan dari para pemimpin Gereja Metodhist yang anggotanya terdiri dari orang-orang negro yang tidak puas dengan the black codes.
Berdasarkan pengalaman yang ada, gagalnya pemberontakan budak karena adanya penghianatan dari budak rumah tangga, maka vesey merencanakan pemberontakan yang akan dilakukannya harus hati-hati jangan sampai bocor. Ia menetapkan bahwa pemberontakan akan dimulai pada minggu kedua bulan Juli 1822. Ia berusaha  mencari bala bantuan orang-orang negro di daerah Santo Domingo, sama seperti yang pernah dilakukan oleh Gabriel Prosser. Bala bantuan yang diharapkan Vesey, kenyataanya menjadi terpencar sehingga sulit dikoordinasi, mengingat jarak tempuh dari daerah Charleston dengan Santo Domingo terlalu jauh, 80 mil jaraknya.
Akan tetapi, sama halnya dengan Gabriel Prosser, rencana Vessey ternyata juga telah dihianati oleh seorang budak yang telah mendapat kepercayaan darinya. Budak itu bernama Devany, seorang pelayan rumah tangga yang bekerja sebagai kusir gerobak pada bekas kolonel Prioleau. Devany mendapat uang sebanyak $ 1.000 dan juga memperoleh kebebasan dari tuannya.
Pada akhirnya, kegagalan pemberontakan Vessey mengakibatkan sebanyak 139  orang ditahan, dan 47 orang dimasukkan dalam penjara termasuk 4 orang kulit putih, yang dituduh ikut membantu dan melindungi para budak. Selain itu sebanyak 35 budak pengikut Vessey menjalani hukuman mati. Pemberontakan Vessey ditaksir mempunyai pengikut lebih dari 9.000 orang. Denmark Vessey akhirnya harus menjalani hukuman mati di tiang gantungan. Diakhir hidupnya tersebut, ia tetap menolak untuk mencantumkan nama dari orang-orang yang ikut terlibat di dalam usaha perlawanannya tersebut.

3.    Nat Turner
Nat Turner adalah seorang pendeta gereja. Ia merupakan seseorang yang tekun mempelajari isi kitab suci Injil, sering memberi khotbah dan juga membaptis para budak. Nat Turner sangat fanatik dan menggunakan konsep supra irasional dalam usahanya membebaskan para budak. Dalam hal ini, Turner melihat kondisi masyarakat yang tidak menentu dan tentunya perbudakan yang membawa pada penderitaan, akan membuat mereka mengharapkan datangnya sosok pemimpin yang membawa mukjizat bagi mereka. Rakyat menaruh kepercayaannya agar perasaan-perasaan tidak puas, frustasi,dan putus asa dapat segera berakhir, kemudian mengharapkan kemakmuran atau kesejahteraan sosial.
Para pengikut Nat Turner yakin bahwa melalui kepercayaan Kristus mereka akan mendapatkan kebebasan dan kemerdekaan. Kefanatikan Nat Turner dipertebal oleh kegemaran mengolah hal-hal yang bersifat mistik sehingga akan dapat diketahui ideologi apakah yang akan digunakan sebagai konsep perjuangannya dalam membebaskan perbudakan. Pemberontakan yang dilakukannya tidak direncanakan cermat dan teliti. Tentu saja, seorang pemimpin pemberontakan yang fanatik dengan sendirinya akan melaksanakan perannya tanpa dipertimbangkan dengan masak-masak dan tidak waspada.
Nat Turner masih terkesan mengenai rencana penyerangan yang sebelumnya telah dilakukan oleh para pejuang perbudakan namun telah mengalami kegagalan akibat terjadinya suatu penghianatan. Maka, Nat Turner tidak akan mudah mempercayai seseorang untuk mengatakan rencana pemberontakan. Ia akan bertindak sendiri dalam memimpin pemberontakan tersebut. Semula ia menetapkan tanggal 4 Juli 1831, sebagai permulaan untuk melakukan pemberontakan di pedesaan Southamton; tetapi ia menderita sakit sehingga rencana pemberontakan harus ditangguhkan.
Pada tanggal 21 Agustus 1838, Nat Turner baru memulai pemberontakannya. Pemberontakan ini berbeda dengan pemberontakan yang dilakukan Gabriel Prosser dan Denmark Vessey, diketahui bahwa dalam pemberontakan kali ini tidak terdapat pengkhianatan-pengkhianatan yang dilakukan oleh para budak rumah tangga.
Sebagai langkah pertama, ia beserta para pengikutnya merusak dan membakar tanah-tanah perkebunan. Ia mengharap agar selekasnya mendapat bantuan dari para budak rumah tangga. Nat Turner beserta para pengikutnya telah melakukan pemberontakan kejam terhadap tuannya, Joseph Travis beserta keluarganya. Angin peberontakan lekas meniup ke daerah Southampton.
Nat Turner mendapat sebutan sebagai “Bandit Besar” di kalangan masyarakat kulit putih di Virginia, sebab mereka melakukan pembunuhan kejam terhadap Joseph Travis beserta keluarganya dan juga sejumlah orang-orang kulit putih lain di daerah Southampton. Orang-orang kulit putih yang telah dibunuh dalam pemberontakan itu kesemuanya berjumlah 60 orang.
Pada masa berkobarnya pemberontakan itu, seluruh pendeta negro di Virginia diperiksa oleh pemerintah, sebab pemimpin pemberontakan adalah berasal dari seorang pendeta. Sebagai tindak balasan dari warga kulit putih para budak yang diduga terlibat dalam pemberontakan dibinasakan, sedang 13 orang budak yang lain dijatuhi hukuman gantung.
Selama enam minggu, Nat Turner bersembunyi didaerah pegunungan di Southampton, tetapi akhirnya ia beserta para pengikutnya berhasil ditangkap 30 Oktober 1831. Ia menjalani hukuman mati pada 11 Nopember 1831. Pemberontakan yang dipimpin oleh Nat Turner berakhir pada 13 Oktober, 1831, dan berumur tidak lebih dari dua bulan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar